Minggu, 18 September 2016

...Mengapa di tanahku terjadi Bencana....?






Beragam musibah atau bencana besar melanda negeri kita dalam dua dasawarsa terakhir ini. tahun 2004 gempa dan gelombang Tsunami meluluhlantakkan Aceh dengan rekor korban tertinggi menelan lebih dari 200 ribu jiwa, tahun 2006 negeri ini kembali diguncang musibah besar, Yogyakarta dan sekitarnya diguncang gempa bumi, menelan korban lebih dari 6000 jiwa. Di tahun yang sama, kita juga dikejutkan bencana semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo yang menenggelamkan puluhan ribu rumah, dan 70 tempat ibadah. 

Pada bulan Nopember 2009 Sumatera Barat diguncang gempa tektonik menelan korban 6500 jiwa meninggal. Di tahun 2010 Gunung Merapi di Jawa Tengah/Yogyakarta meletus dengan wedus gembelnya. Tahun 2013, banjir bandang melumpuhkan kota Manado dan sekitarnya, di penghujung tahun 2013 dan awal tahun 2014 Gunung Sinabung di Tanah Karo mengalami erupsi  begitu juga Jakarta dilanda banjir bandang, seluruh wilayah ibukota tergenang air nyaris lumpuh.

Kini banjir bandang juga melanda banyak daerah di indonesia, kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah. Jalur pantura, Subang, Indramayu, Cirebon, Pati, dan Semarang. Bahkan, tidak terkecuali Jawa Timur, Kalimantan, Ambon, Ternate, Papua, Bali dan NTT. Dan terakhir di bulan Februari 2014 ini gunung kelud di kediri jawa timur menunjukkan kedigjayaannya, memuntahkan lahar panas, batu-batuan, serta menyemburkan awan panas dan debu vulkanik dengan maha dahsyatnya.

Kebanyakan manusia sekarang ini mengidentifikasi “musibah” sebagai segala hal dahsyat, yang terjadi “di luar” kehendak manusia dan menyebabkan kematian dan kesengsaraan banyak manusia. Pada saat terjadinya “musibah” itu, manusia baru merasakan keprihatinan yang mendalam, meraung-raung menangisi nasib diri, depresi mental, tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan pada akhirnya menyerahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa. Sayangnya, “penyerahan” kepada Sang Kuasa tersebut lebih bernuansa Su’ udz-Dzan atau Negative Thinking kepada-Nya.

Musibah menurut Bahasa Arab
Musibah, ashaaba, yushiibu, mushiibatan = mengenai, menimpa, atau membinasakan. Ahli tafsir Muhammad Husin Tabataba’i, dalam tafsirnya al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an Musibah ialah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendaki.

Kesemua musibah atau bencana itu apakah gerangan penyebabnya dan salah siapakah ?, penulis jadi teringat lirik lagu Ebiet G.Ade “……Barangkali di sana ada jawabnya….Mengapa di tanahku terjadi bencana….Mungkin Tuhan mulai bosan…Melihat tingkah kita… yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa…Atau alam mulai enggan…Bersahabat dengan kita…Coba kita bertanya pada Inul yang bergoyang (he..he..he..)”.


PERTAMA Indonesia secara geografis terletak di daerah yang paling rawan terhadap bencana alam, karena merupakan pertemuan tiga lempeng utama bumi, yakni Indo-Pasifik, Australia, dan Asia yang secara dinamis mengalami pergeseran. Disamping itu sekitar 75% dari seluruh gunung berapi dunia terletak di bumi pertiwi ini, sehinga Indonesia dikenal sebagai ‘The World’s Ring of Fires’. Akibatnya seluruh wilayah Nusantara sangat rawan terhadap gempa bumi, baik tektonik maupun vulkanik, rawan, letusan gunung berapi, dan tsunami.

Musibah semacam ini given dari Allah Swt, kita sebagai manusia tak kuasa menolak dan menghindarinya, itulah bukti ke Maha Kuasaan Allah Swt, dimana dan kapan akan menimpakan musibah kepada umat-Nya.Tetapi kita sebagai manusia tidak hanya sekedar berserah diri, dalam keputusasaan, dan berpangkutangan, sebagai mahluk yang diciptakan dengan diberi akal potensi bencana alam yang tinggi itu mestinya kita jadikan sebagai tantangan nasional supaya kita lebih bekerja keras, kreatif, dan inovatif untuk mampu menghasilkan dan menerapkan teknologi maju dalam melakukan antisipasi dan mitigasi terhadap setiap bencana alam, seperti early warning sustem, infrastruktur dan bangunan tahan gempa, BNPB dan Basarnas memiliki peralatan yang handal dan metode yang baik dalam menentukan  dan membuat jalur evakuasi yang cepat dan mudah,  sehingga kita bisa hidup harmonis bergandengan dengan bencana alam.

Firman Allah Swt :”Maka sesungguhnya beserta kesulitan adalah kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan adalah kemudahan”.[Surah Asyirhi (92) ayat 5-6]

Aisah istri Nabi s.a.w. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak ada musibah yang menimpa seorang Muslim kecuali Allah menghapus dengannya dosa darinya sehingga sebuah duri yang menancapnya”.[Hadist Shohih Bukhari)

Dan tentu pula kita dalam mengalami musibah harus selalu berdoa kepada Sang Khalik untuk memohon pertolongan-Nya,….sUmi Salamah meriwayatkan: Saya mendengar Rasulallah SAW bersabda: “Tidak ada dari orang Islam ketika menimpa musibah padanya, maka ia berdoa “nna lillahi wa inna ilayhi raji'un”. (yaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh suatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali." [sebagian Al-Baqarah ayat 156], dan ucapkan Allahummajurni fii mushibati, wa akhlifli khaira minha” kecuali Allah mengganti baginya lebih baik dari musibah”.[Hadist Shohih Muslim).

KEDUA bencana alam itu adalah akibat perusakan secara fisik (lahiriyah) yang dilakukan oleh manusia terhadap ekosistem alam. Contohnya banjir,bandang, banjir dikawasan perkotaan, erosi, dan tanah longsor terutama disebabkan karena penebangan liar (pembalakan liar), dan mengkonversi hutan menjadi kawasan pemukiman, pertanian, perindustrian, pertambangan dan infrastruktur secara tidak ramah lingkungan dan berlebihan. Polusi dari industri, transportasi, kebakaran hutan, sehingga terjadi kebocoran lapisan ozon, efek rumah kaca yang menimbulkan global warming. Akibatnya, saat musim penghujan terjadi banjir, erosi, dan tanah longsor dimana-mana. Ketika kemarau, kekurangan air, kebakaran hutan, dan asap yang mengganggu kesehatan manusia, penerbangan serta aktivitas ekonomi.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ar-Rum (30): 41, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Dalam QS.4.An-Nisaa' : 79, Allah SWT berfirman : "Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja musibah yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri."
Dalam QS.42.Asy-Syuuraa : 30, Allah SWT berfirman : "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."

KETIGA bencana alam secara bertubi-tubi menimpa negeri ini boleh jadi merupakan teguran keras (tadzkirah) dari Allah, karena kita terlalu banyak berbuat dosa, kemaksiatan dan kemunkaran. Di dalam Al-Qur’an begitu banyak ayat yang memberikan ibrah (pelajaran) kepada kita, bahwa di masa lalu Allah telah membinasakan beberapa negara beserta penduduknya akibat kezaliman dan kedurhakaan mereka kepada Allah.

Contohnya,

1.  Kaum Nabi Nuh  (QS Al-Ankabut : 14).
2.  Kaum Nabi Hud (QS Attaubah: 70, Alqamar: 18, Fushshilat: 13, Annajm: 50,).
3.  Kaum Nabi Saleh  (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).
4.  Kaum Nabi Luth  (QS Alsyu'araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38).
5.  Kaum Nabi Syuaib  (QS AlHijr: 78, Alsyu'araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14).
6.  Firaun  (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).
7.  Ashab Al-Sabt  (QS Al-A'raaf: 163).
8.  Ashab Al-Rass  (Qs Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).
9.  Ashab Al-Ukhdudd  (QS Alburuuj: 4-9).
10. Ashab Al-Qaryah  (QS Yaasiin: 13).
11. Kaum Tubba'  (QS Addukhan: 37).
12. Kaum Saba  (QS Saba: 15-19).

Diriwayatkan suatu ketika, pada zaman Umar bin Khattab, ra menjadi Amirul Mukminin, terjadi gempa besar di (provinsi Mesir) salah satu wilayah kekuasaannya yang sangat luas. Bencana alam itu menelan banyak korban jiwa. Umar bin Khattab mendatangi wilayah tersebut, bertemu dan mengumpulkan para penduduknya. Kalimat pertama yang keluar dari bibir Sang Khalifah bukanlah ucapan bela sungkawa. Kata-kata pertama yang keluar dari beliau bukan pula rasa empati. Pernyataan pertamanya justru ajakan untuk instropeksi diri, terutama kepada para pemimpin (Gubernur ketika itu, Amru bin Ash),
“Wahai Amru dan semua rakyat Mesir, apa yang telah kalian perbuat ? Maksiat apa yang telah kalian lakukan, hingga Allah menurunkan peringatan sedemikian rupa? Hingga Allah menurunkan musibah begini dahsyatnya?” .

Pertanyaan serupa, selayaknya kita tanyakan pada diri kita masing-masing, rakyat Indonesia saat ini. Kita tanyakan kepada para pemimpin Eksekutif, anggota Legislatif, dan lembaga yudikatif, pemimpin partai, kedzaliman, kemunafikan, dan kemaksiatan apa yang sudah mereka lakukan, sehingga Allah mendatangkan bencana alam yang begitu dahsyat dan seakan tiada hentinya. Kita tanyakan pula pada para ulama/ustadz yang senang bermewah-mewahan bak selebritis, dan ilmuwan/ cendekiawan/ akademisi, amanah apa yang tidak ditunaikan, sehingga Allah memperingatkan penduduk Indonesia dengan bencana alam yang sangat masif.
Oleh sebab itu, dalam menyikapi bencana alam, selain kita harus bermuhasabah (introspeksi); melakukan taubatan nasuha atas segala kemaksiatan, kemunafikan, dan dosa yang pernah kita lakukan;

Dari Abu Hurairah Ra berkata; bersabda Rasulullah saw "Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit-jerit) di masjid, orang fasiq menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhlaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi'in dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa, longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi)" (H.R. Tirmidzi).

Dari Abu Hurairah Ra. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya; "Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau menjawab,"Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya (tidak memenuhi syarat)". (H.R. Bukhari).

Dan ingatlah firman Allah : “ Jika kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, kami  perintahkan orang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”(Al-Isra 17;16).

Wallahua’alam bish shawab.

Sumber : :
Al Quran – Al Hadist – dokumentasi bencana alam di indonesia