Beragam musibah atau bencana
besar melanda negeri kita dalam dua dasawarsa terakhir ini. tahun 2004 gempa
dan gelombang Tsunami meluluhlantakkan Aceh dengan rekor korban tertinggi
menelan lebih dari 200 ribu jiwa, tahun 2006 negeri ini kembali diguncang musibah
besar, Yogyakarta dan sekitarnya diguncang gempa bumi, menelan korban lebih
dari 6000 jiwa. Di tahun yang sama, kita juga dikejutkan bencana semburan
lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo yang menenggelamkan puluhan ribu rumah, dan 70
tempat ibadah.
Pada bulan Nopember 2009 Sumatera Barat diguncang gempa tektonik menelan korban 6500 jiwa meninggal. Di tahun 2010 Gunung Merapi di Jawa Tengah/Yogyakarta meletus dengan wedus gembelnya. Tahun 2013, banjir bandang melumpuhkan kota Manado dan sekitarnya, di penghujung tahun 2013 dan awal tahun 2014 Gunung Sinabung di Tanah Karo mengalami erupsi begitu juga Jakarta dilanda banjir bandang, seluruh wilayah ibukota tergenang air nyaris lumpuh.
Kini banjir bandang juga melanda banyak daerah di indonesia, kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah. Jalur pantura, Subang, Indramayu, Cirebon, Pati, dan Semarang. Bahkan, tidak terkecuali Jawa Timur, Kalimantan, Ambon, Ternate, Papua, Bali dan NTT. Dan terakhir di bulan Februari 2014 ini gunung kelud di kediri jawa timur menunjukkan kedigjayaannya, memuntahkan lahar panas, batu-batuan, serta menyemburkan awan panas dan debu vulkanik dengan maha dahsyatnya.
Pada bulan Nopember 2009 Sumatera Barat diguncang gempa tektonik menelan korban 6500 jiwa meninggal. Di tahun 2010 Gunung Merapi di Jawa Tengah/Yogyakarta meletus dengan wedus gembelnya. Tahun 2013, banjir bandang melumpuhkan kota Manado dan sekitarnya, di penghujung tahun 2013 dan awal tahun 2014 Gunung Sinabung di Tanah Karo mengalami erupsi begitu juga Jakarta dilanda banjir bandang, seluruh wilayah ibukota tergenang air nyaris lumpuh.
Kini banjir bandang juga melanda banyak daerah di indonesia, kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah. Jalur pantura, Subang, Indramayu, Cirebon, Pati, dan Semarang. Bahkan, tidak terkecuali Jawa Timur, Kalimantan, Ambon, Ternate, Papua, Bali dan NTT. Dan terakhir di bulan Februari 2014 ini gunung kelud di kediri jawa timur menunjukkan kedigjayaannya, memuntahkan lahar panas, batu-batuan, serta menyemburkan awan panas dan debu vulkanik dengan maha dahsyatnya.
Kebanyakan manusia sekarang
ini mengidentifikasi “musibah” sebagai segala hal dahsyat, yang terjadi “di
luar” kehendak manusia dan menyebabkan kematian dan kesengsaraan banyak
manusia. Pada saat terjadinya “musibah” itu, manusia baru merasakan
keprihatinan yang mendalam, meraung-raung menangisi nasib diri, depresi mental,
tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan pada akhirnya menyerahkan segalanya kepada
Yang Maha Kuasa. Sayangnya, “penyerahan” kepada Sang Kuasa tersebut lebih
bernuansa Su’ udz-Dzan atau Negative Thinking kepada-Nya.
Musibah
menurut Bahasa Arab
Musibah, ashaaba, yushiibu, mushiibatan = mengenai, menimpa, atau membinasakan. Ahli
tafsir Muhammad Husin Tabataba’i, dalam tafsirnya al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an
Musibah ialah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendaki.
Kesemua
musibah atau bencana itu apakah gerangan penyebabnya dan salah siapakah ?,
penulis jadi teringat lirik lagu Ebiet G.Ade “……Barangkali di sana ada jawabnya….Mengapa
di tanahku terjadi bencana….Mungkin Tuhan mulai bosan…Melihat tingkah kita… yang
selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa…Atau alam mulai enggan…Bersahabat dengan
kita…Coba kita bertanya pada Inul yang bergoyang (he..he..he..)”.
PERTAMA
Indonesia secara geografis terletak di daerah yang paling rawan terhadap
bencana alam, karena merupakan pertemuan tiga lempeng utama bumi, yakni
Indo-Pasifik, Australia, dan Asia yang secara dinamis mengalami pergeseran. Disamping
itu sekitar 75% dari seluruh gunung berapi dunia terletak di bumi pertiwi ini,
sehinga Indonesia dikenal sebagai ‘The World’s Ring of Fires’. Akibatnya
seluruh wilayah Nusantara sangat rawan terhadap gempa bumi, baik tektonik
maupun vulkanik, rawan, letusan gunung berapi, dan tsunami.
Musibah
semacam ini given dari Allah Swt, kita sebagai manusia tak kuasa menolak dan
menghindarinya, itulah bukti ke Maha Kuasaan Allah Swt, dimana dan kapan akan menimpakan
musibah kepada umat-Nya.Tetapi kita sebagai manusia tidak hanya sekedar
berserah diri, dalam keputusasaan, dan berpangkutangan, sebagai mahluk yang
diciptakan dengan diberi akal potensi bencana alam yang tinggi itu mestinya
kita jadikan sebagai tantangan nasional supaya kita lebih bekerja keras,
kreatif, dan inovatif untuk mampu menghasilkan dan menerapkan teknologi maju dalam
melakukan antisipasi dan mitigasi terhadap setiap bencana alam, seperti early
warning sustem, infrastruktur dan bangunan tahan gempa, BNPB dan Basarnas memiliki
peralatan yang handal dan metode yang baik dalam menentukan dan membuat jalur evakuasi yang cepat dan
mudah, sehingga kita bisa hidup harmonis
bergandengan dengan bencana alam.
Firman
Allah Swt :”Maka sesungguhnya beserta kesulitan adalah kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan adalah kemudahan”.[Surah Asyirhi (92) ayat 5-6]
Aisah
istri Nabi s.a.w. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak ada musibah yang
menimpa seorang Muslim kecuali Allah menghapus dengannya dosa darinya sehingga
sebuah duri yang menancapnya”.[Hadist Shohih Bukhari)
Dan
tentu pula kita dalam mengalami musibah harus selalu berdoa kepada Sang Khalik
untuk memohon pertolongan-Nya,….sUmi Salamah meriwayatkan: Saya mendengar
Rasulallah SAW bersabda: “Tidak ada dari orang Islam ketika menimpa musibah
padanya, maka ia berdoa “nna lillahi wa inna ilayhi raji'un”. (yaitu)
orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh suatu kesusahan, mereka berkata:
Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami
kembali." [sebagian Al-Baqarah ayat 156], dan ucapkan Allahummajurni fii
mushibati, wa akhlifli khaira minha” kecuali Allah mengganti baginya lebih baik
dari musibah”.[Hadist Shohih Muslim).
KEDUA
bencana alam itu adalah akibat perusakan secara fisik (lahiriyah) yang
dilakukan oleh manusia terhadap ekosistem alam. Contohnya banjir,bandang,
banjir dikawasan perkotaan, erosi, dan tanah longsor terutama disebabkan karena
penebangan liar (pembalakan liar), dan mengkonversi hutan menjadi kawasan
pemukiman, pertanian, perindustrian, pertambangan dan infrastruktur secara
tidak ramah lingkungan dan berlebihan. Polusi dari industri, transportasi, kebakaran
hutan, sehingga terjadi kebocoran lapisan ozon, efek rumah kaca yang
menimbulkan global warming. Akibatnya, saat musim penghujan terjadi banjir,
erosi, dan tanah longsor dimana-mana. Ketika kemarau, kekurangan air, kebakaran
hutan, dan asap yang mengganggu kesehatan manusia, penerbangan serta aktivitas
ekonomi.
Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ar-Rum (30): 41, “Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia;
Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Dalam
QS.4.An-Nisaa' : 79, Allah SWT berfirman : "Apa saja nikmat yang kamu
peroleh adalah dari Allah, dan apa saja musibah yang menimpamu maka dari
(kesalahan) dirimu sendiri."
Dalam
QS.42.Asy-Syuuraa : 30, Allah SWT berfirman : "Dan apa saja musibah yang
menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."
KETIGA
bencana alam secara bertubi-tubi menimpa negeri ini boleh jadi merupakan
teguran keras (tadzkirah) dari Allah, karena kita terlalu banyak berbuat dosa,
kemaksiatan dan kemunkaran. Di dalam Al-Qur’an begitu banyak ayat yang
memberikan ibrah (pelajaran) kepada kita, bahwa di masa lalu Allah telah
membinasakan beberapa negara beserta penduduknya akibat kezaliman dan
kedurhakaan mereka kepada Allah.
Contohnya,
1.
Kaum Nabi Nuh (QS Al-Ankabut : 14).
2.
Kaum Nabi Hud (QS Attaubah: 70, Alqamar:
18, Fushshilat: 13, Annajm: 50,).
3.
Kaum Nabi Saleh (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).
4.
Kaum Nabi Luth (QS Alsyu'araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67,
Alfurqan: 38).
5.
Kaum Nabi Syuaib (QS AlHijr: 78, Alsyu'araa: 176, Shaad: 13,
Qaaf: 14).
6.
Firaun (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).
7.
Ashab Al-Sabt (QS Al-A'raaf: 163).
8.
Ashab Al-Rass (Qs Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).
9.
Ashab Al-Ukhdudd (QS Alburuuj: 4-9).
10.
Ashab Al-Qaryah (QS Yaasiin: 13).
11.
Kaum Tubba' (QS Addukhan: 37).
12.
Kaum Saba (QS Saba: 15-19).
Diriwayatkan
suatu ketika, pada zaman Umar bin Khattab, ra menjadi Amirul Mukminin, terjadi
gempa besar di (provinsi Mesir) salah satu wilayah kekuasaannya yang sangat
luas. Bencana alam itu menelan banyak korban jiwa. Umar bin Khattab mendatangi
wilayah tersebut, bertemu dan mengumpulkan para penduduknya. Kalimat pertama
yang keluar dari bibir Sang Khalifah bukanlah ucapan bela sungkawa. Kata-kata
pertama yang keluar dari beliau bukan pula rasa empati. Pernyataan pertamanya
justru ajakan untuk instropeksi diri, terutama kepada para pemimpin (Gubernur
ketika itu, Amru bin Ash),
“Wahai
Amru dan semua rakyat Mesir, apa yang telah kalian perbuat ? Maksiat apa yang
telah kalian lakukan, hingga Allah menurunkan peringatan sedemikian rupa?
Hingga Allah menurunkan musibah begini dahsyatnya?” .
Pertanyaan
serupa, selayaknya kita tanyakan pada diri kita masing-masing, rakyat Indonesia
saat ini. Kita tanyakan kepada para pemimpin Eksekutif, anggota Legislatif, dan
lembaga yudikatif, pemimpin partai, kedzaliman, kemunafikan, dan kemaksiatan
apa yang sudah mereka lakukan, sehingga Allah mendatangkan bencana alam yang
begitu dahsyat dan seakan tiada hentinya. Kita tanyakan pula pada para
ulama/ustadz yang senang bermewah-mewahan bak selebritis, dan ilmuwan/
cendekiawan/ akademisi, amanah apa yang tidak ditunaikan, sehingga Allah
memperingatkan penduduk Indonesia dengan bencana alam yang sangat masif.
Oleh
sebab itu, dalam menyikapi bencana alam, selain kita harus bermuhasabah
(introspeksi); melakukan taubatan nasuha atas segala kemaksiatan, kemunafikan,
dan dosa yang pernah kita lakukan;
Dari
Abu Hurairah Ra berkata; bersabda Rasulullah saw "Apabila kekuasaan
dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat
dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi
semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang
menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit-jerit) di
masjid, orang fasiq menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan
yang rendah akhlaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para
biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba
semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama
kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi'in dan para imam muktabar).
Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas,
gempa, longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang
lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua
tanda kiamat terjadi)" (H.R. Tirmidzi).
Dari
Abu Hurairah Ra. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jika amanat
disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya;
"Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau
menjawab,"Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya
(tidak memenuhi syarat)". (H.R. Bukhari).
Dan
ingatlah firman Allah : “ Jika kami menghendaki menghancurkan suatu negeri,
kami perintahkan orang-orang yang hidup
mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah), tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya
perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.”(Al-Isra 17;16).
Wallahua’alam
bish shawab.
Sumber
: :
Al
Quran – Al Hadist – dokumentasi bencana alam di indonesia