Senin, 27 Oktober 2014
Sabtu, 28 Juni 2014
Marhaban Ya Ramadhan
Allah
SWT berfirman :
''Ya
Ayyuhalladzina Amanu kutiba 'alaikumush shiyamu kama kutiba 'alal ladzina min
qablikum la'allakum tattaqun .'' Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar
kamu bertaqwa. (QS 2 Al Baqarah ayat 183).
“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah
orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang
bodoh. (QS Al-A'raf: 199)
Maka
maafkanlah
dengan cara yang baik.” (QS Al-Hijr: 85)
“Orang-orang
yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran: 134)
“Tetapi
orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diutamakan.” (QS Asy-Syura: 43)
Meminta
maaf dan memaafkan seseorang dapat dilakukan kapan saja, dan tidak ada tuntunan
syari'at harus dihimpun dulu dan menunggu sampai menjelang bulan Ramadhan, akan tetapi mengambil momentum menjelang bulan
Ramadhan tersebut tidaklah dilarang, boleh jadi itulah waktu terbaik/tercepat
bagi kita sekarang. Tentunya dengan rasa tulus dan ikhlas, tidak hanya sekedar
basa-basi, seremonial atau ungkapan sebatas dibibir saja saja.
Marilah
kiita gunakan waktu hidup yang pendek ini dengan sebaik-baiknya dengan
melaksanakan amal ibadah.
Berharap padi dalam lesung
Yang ada cuma rumpun jerami
Harapan hati bertatap langsung
Cuma terlayang BBM ini
Sebelum cahaya padam
Sebelum ajal datang
Sebelum maut menjemput
Sebelum pintu taubat ditutup
Kami keluarga Oewa Lengser
(h. deddy sunardi)
Mohon maaf lahir dan bathin
Marhaban Ya Ramadhan
Minggu, 27 April 2014
JILBAB BAGI WANITA MUSLIMAH
JILBAB Berasal dari
bahasa arab yang jamaknya jalaabiib artinya pakaian atau busana yang
lapang/luas. Pengertiannya yaitu busana yang dipakai kaum muslimah dari ujung
kepala sampai telapak kaki yang dapat menutup aurat wanita, kecuali muka dan
kedua telapak tangan hingga pergelangan saja yang ditampakan. Jilbab ini
hukumnya adalah wajib sebagai sebuah keharusan yang pasti atau mutlak bagi
wanita dewasa yang mukminat atau muslimah.
KHIMAAR juga berasal dari bahasa arab, bentuk
jamaknya khumur yaitu tutup/tudung, kerudung yang menutup kepala, leher, sampai dada seorang wanita.
Sekilas kerudung memiliki definisi
yang hampir sama dengan jilbab. Tapi tidak sama, Jilbab memiliki arti yang
lebih luas, karena Jilbab dapat diartikan sebagai busana muslimat yang menjadi
satu corak, yaitu busana yang menutup seluruh tubuhnya, mulai dari atas kepala
sampai kedua telapak kakinya. Sedangkan Khimar (kerudung) hanya sebagian dari
jilbab yaitu tudung yang menutupi kepala hingga dada saja. Oleh karena khimaar
atau kerudung itu merupakan bagian dari jilbab, maka khimaar atau kerudung hukumnya
juga wajib.
Jilbab adalah masalah yang fundamental (kewajiban), bukan masalah furu’iyyah (pilihan)
sebagaimana dikira segelintir orang. Sampai-sampai para ulama berkata bahwa
siapa yang menentang wajibnya jilbab, maka ia kafir dan murtad. Sedangkan orang
yang tidak mau mengenakan jilbab karena mengikuti segelintir orang tanpa
mengingkari wajibnya, maka ia adalah orang yang berdosa, namun tidak kafir.
Dalil
yang menunjukkan wajibnya Jilbab adalah firman Allah Swt :
“Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59).
“Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung, kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.”(QS. An Nur: 31).
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
(QS. Al-A’raf: 26,)
Di zaman sekarang, terutama
akhir-akhir ini banyak kaum hawa atau wanita-wanita yang memilh untuk memakai
jilbab, tentu saja hal tersebut membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar
kita, apalagi hal tersebut menandakan bahwa di Indonesia mayoritas penduduknya
beragama islam.
Sayangnya banyak dari sebagian mereka
mengenakan jilbab dengan kreasinya sendiri-sendiri, dan banyak juga dari mereka
yang salah menempatkannya, seperti :
Jilbab dengan bahan tipis
bahkan transparan, Memakai jilbab
dengan bahan yang tipis memang terlihat modis. Dan bahan ini sangat cocok bagi
para muslimah yang berada di daerah yang panas. Sehingga rasa panas tidak
begitu membunuh mereka. Namun, jilbab dengan bahan inilah yang justru membuat
dosa. Rosulullah SAW menyebut hal seperti ini dengan sebutan “berpakaian tapi
telanjang”. Sudah jelas bahwa yang ini salah, kita berjilbab untuk menutupi
aurat, tetapi kenapa malah mengumbar aurat.
Jilbab Seksi Ketat,
Muslimah diwajibkan memakai jilbab bertujuan agar menutupi kulit serta
lekuk tubuh yang menggoda para kaum adam. Namun, akhir-akhir ini para muslimah
seakan-akan mengacuhkan ketentuan berjilbab tersebut. Mereka memang berjilbab
sesuai perintah, tetapi lekuk-lekuk tubuh mereka masih saja terlihat. Bahkan
sebagian dari muslimah tersebut berjilbab hanya untuk menonjolkan lekuk tubuh
mereka, celana jeans dan kaos lengan panjang adalah identik pakaian laki-laki.
Pakaian-pakaian tersebut tidak jarang juga dipakai oleh para muslimah. Walaupun
mereka memakai kerudung, namun kerudungnya tidak menjuntai hingga dada.
Terlebih lagi dipadu dengan kaos lengan panjang serta celana jeans, seperti
seorang laki-laki yang memakai kerudung. Gaya seperti ini tidak boleh dipraktekkan
oleh para muslimah. Karena gaya seperti ini adalah dosa bagi para muslimah.
Para muslimah hendaknya benar-benar
mengetahui bagaimana tata cara berjilbab yang benar. Karena, hal yang paling
membuat dosa adalah salah pengertian tentang berjilbab. Sebagai contoh apabila
mereka berjilbab,berkerudung namun
pahanya masih jelas terlihat, berjilbab namun dada tetap dipamerkan. Dengan
demikian, berjilbab justru membuat mereka semakin berdosa saja. Jadi,
pelajarilah peraturan-peraturannya terlebih dahulu sebelum bertindak.
Azab Bagi Yang Berjilbab
Buruk, Imam Ali berkata : Saya menemui
Rasulullah SAW, dan saya melihat beliau dalam keadaan menangis, saya menanyakan
penyebab beliau menangis. Rasulullah SAW berkata: Dalam malam mi’raj, saya
melihat sejumlah wanita-wanita dari umat saya
sedang dalam azab yang sangat dahsyat. Salah satu dari mereka seorang
wanita yang rambut kepalanya digantung dan dia adalah wanita yang tidak menutup
rambutnya didepan non muhrim, demikian pula saya melihat seorang wanita yang
memakan daging dirinya sendiri dan dia adalah wanita yang berhias dan
mempercantik dirinya untuk orang lain.
Wanita-Wanita di Akhir Zaman, sangat disayangkan bahwa salah satu dari
tanda-tanda akhir zaman yang telah banyak di jelaskan dalam hadis-hadis adalah
perihal keadaan menyedihkan wanita-wanita berjilbab buruk pada zaman itu.
Wanita-wanita dalam zaman itu hadir di tengah-tengah masyarakat dalam suatu
bentuk yang buruk, memolekkan dan mempercantik dirinya bukan untuk suaminya,
dan memakai pakaian-pakaian yang setengah telanjang dan menampakkan tubuhnya.
Rasulullah SAW bersabda : “Halaaku nisaai ummatii filahmaraini adzdszahabu
watstsayaaburriqaaqi. Artinya : terdapat dua penyebab yang menghancurkan umatku, yang
pertama adalah emas (perhiasan-perhiasan) dan yang ke dua adalah wanita wanita
yang berpakaian tipis dan ketat menampakkan lekuk lekuk tubuhnya”.
Semoga kaum muslimah dapat Berjilbab yang benar menurut Al-Quran dan
As-Sunnah.
Wallahua’lam bish
shawab.
Senin, 17 Februari 2014
MUSIBAH DAN BENCANA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
Banjir bandang di Garut
Longsor dan banjir bandang di Sumedang
Rabu (21/9/2016) pukul 01.00 WIB. hujan dengan intensitas
tinggi dan berdurasi panjang menyebabkan meluapnya Sungai Cimanuk dan Sungai
Cikamuri. Akibatnya, banjir bandang dengan
ketinggian 1,5 meter sampai 2 meter menerjang 8 kecamatan yaitu Kec. Bayongbong,
Garut Kota, Banyu Resmi, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, Karang Pawitan dan
Samarang, Kabupaten Garut, menelan puluhan korban jiwa meninggal dan puluhan
lagi belum diketemukan/hilang, belum termasuk kerugian materil berupa bangunan
yang roboh tersapu banjir bandang.
Beragam musibah atau bencana besar melanda negeri kita dalam dua dasawarsa terakhir ini.
Diawali tahun 2004 dimana terjadi bencana yang maha dahsyat, gempa dan gelombang Tsunami meluluhlantakkan Aceh dengan rekor korban tertinggi menelan korban lebih dari 200 ribu jiwa.
Tahun 2006 negeri ini kembali diguncang musibah besar, Yogyakarta dan sekitarnya diguncang gempa bumi, menelan korban lebih dari 6000 jiwa.
Di tahun yang sama, kita juga dikejutkan bencana semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo yang menenggelamkan puluhan ribu rumah, dan 70 tempat ibadah.
Pada bulan Nopember 2009 Sumatera Barat diguncang gempa tektonik menelan korban 6500 jiwa meninggal.
Di tahun 2010 Gunung Merapi di Jawa Tengah/Yogyakarta meletus dengan wedus gembelnya.
Tahun 2013, banjir bandang melumpuhkan kota Manado dan sekitarnya.
Di penghujung tahun 2013 dan awal tahun 2014 Gunung Sinabung di Tanah Karo mengalami erupsi.
Banjir juga melanda wilayah perkotaan termasuk wilayah DKI Jakarta, kota kota lainnya dan desa hampir di seluruh wilayah Nusantara, kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah. Jalur pantura, Subang, Indramayu, Cirebon, Pati, dan Semarang. Bahkan, tidak terkecuali Jawa Timur, Kalimantan, Ambon, Ternate, Papua, Bali dan NTT.
Dan di bulan Februari 2014 ini gunung kelud di kediri jawa timur menunjukkan kedigjayaannya, memuntahkan lahar panas, batu-batuan, serta menyemburkan awan panas dan debu vulkanik dengan maha dahsyatnya.
Penulis jadi teringat lirik lagu Ebiet G.Ade “……Barangkali di sana ada jawabnya….Mengapa di tanahku terjadi bencana….Mungkin Tuhan mulai bosan…Melihat tingkah kita… yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa…Atau alam mulai enggan…Bersahabat dengan kita…Coba kita bertanya pada.. INUL.. yang bergoyang (hee..hee..hee..)”.
"Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya".
Wallahua’lam bish shawab
Dalam waktu yang hampir bersamaam
hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Sumedang sejak Selasa (20/9), mengakibatkan
bencana longsor terjadi di jalur utama Jalur Jalan raya yang menghubungkan
kota Bandung dengan Cirebon yaitu di kawasan Cadas Pangeran. Longsor
mengakibatkan arus lalu lintas dari Sumedang menuju Bandung lumpuh total. Akibat
longsor inipun menimbulkan beberapa korban jiwa dan beberapa korban belum
diketemukan tertimbun longsoran berikut puluhan bangunan. Tak hanya tanah
longsor, musibah banjir juga melanda dua titik yaitu di Kampung Gunung Puyuh,
Kelurahan Regolwetan, kecamatan Sumedang Selatan serta di Desa Padasuka,
Kecamatan Sumedang Utara. Jumlah rumah yang terendam di kedua titik tersebut
masih dalam pendataan petugas terkait.
Beragam musibah atau bencana besar melanda negeri kita dalam dua dasawarsa terakhir ini.
Diawali tahun 2004 dimana terjadi bencana yang maha dahsyat, gempa dan gelombang Tsunami meluluhlantakkan Aceh dengan rekor korban tertinggi menelan korban lebih dari 200 ribu jiwa.
Tahun 2006 negeri ini kembali diguncang musibah besar, Yogyakarta dan sekitarnya diguncang gempa bumi, menelan korban lebih dari 6000 jiwa.
Di tahun yang sama, kita juga dikejutkan bencana semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo yang menenggelamkan puluhan ribu rumah, dan 70 tempat ibadah.
Pada bulan Nopember 2009 Sumatera Barat diguncang gempa tektonik menelan korban 6500 jiwa meninggal.
Di tahun 2010 Gunung Merapi di Jawa Tengah/Yogyakarta meletus dengan wedus gembelnya.
Tahun 2013, banjir bandang melumpuhkan kota Manado dan sekitarnya.
Di penghujung tahun 2013 dan awal tahun 2014 Gunung Sinabung di Tanah Karo mengalami erupsi.
Banjir juga melanda wilayah perkotaan termasuk wilayah DKI Jakarta, kota kota lainnya dan desa hampir di seluruh wilayah Nusantara, kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah. Jalur pantura, Subang, Indramayu, Cirebon, Pati, dan Semarang. Bahkan, tidak terkecuali Jawa Timur, Kalimantan, Ambon, Ternate, Papua, Bali dan NTT.
Dan di bulan Februari 2014 ini gunung kelud di kediri jawa timur menunjukkan kedigjayaannya, memuntahkan lahar panas, batu-batuan, serta menyemburkan awan panas dan debu vulkanik dengan maha dahsyatnya.
Penulis jadi teringat lirik lagu Ebiet G.Ade “……Barangkali di sana ada jawabnya….Mengapa di tanahku terjadi bencana….Mungkin Tuhan mulai bosan…Melihat tingkah kita… yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa…Atau alam mulai enggan…Bersahabat dengan kita…Coba kita bertanya pada.. INUL.. yang bergoyang (hee..hee..hee..)”.
"Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya".
Wallahua’lam bish shawab
Kebanyakan manusia ini mengidentifikasi “musibah” sebagai segala hal dahsyat, yang terjadi “di
luar” kehendak manusia dan menyebabkan kematian dan kesengsaraan banyak
manusia. Pada saat terjadinya “musibah” itu, manusia baru merasakan
keprihatinan yang mendalam, meraung-raung menangisi nasib diri, depresi mental,
tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan pada akhirnya menyerahkan segalanya kepada
Yang Maha Kuasa. Sayangnya, “penyerahan” kepada Sang Kuasa tersebut lebih
bernuansa Su’ udz-Dzan atau Negative Thinking kepada-Nya.
Musibah
menurut Bahasa Arab.
Musibah, ashaaba, yushiibu, mushiibatan = mengenai, menimpa, atau membinasakan. Ahli
tafsir Muhammad Husin Tabataba’i, dalam tafsirnya al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an
Musibah ialah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendaki.
Kesemua
musibah atau bencana itu apakah gerangan penyebabnya dan salah siapakah dan siapakah yang harus bertanggung jawab ???.
PERTAMA
Indonesia secara geografis terletak di daerah yang paling rawan terhadap
bencana alam, karena merupakan pertemuan tiga lempeng utama bumi, yakni
Indo-Pasifik, Australia, dan Asia yang secara dinamis mengalami pergeseran. Disamping
itu sekitar 75% dari seluruh gunung berapi dunia terletak di bumi pertiwi ini,
sehinga Indonesia dikenal sebagai ‘The World’s Ring of Fires’. Akibatnya
seluruh wilayah Nusantara sangat rawan terhadap gempa bumi, baik tektonik
maupun vulkanik, rawan letusan gunung berapi, dan tsunami.
Musibah
semacam ini given dari Allah Swt, kita sebagai manusia tak kuasa menolak dan
menghindarinya, itulah bukti ke Maha Kuasaan Allah Swt, dimana dan kapan akan menimpakan
musibah kepada umat-Nya. Tetapi kita sebagai manusia tidak hanya sekedar
berserah diri dalam keputusasaan, dan berpangku tangan, sebagai mahluk yang
diciptakan dengan dikaruniai akal, potensi bencana alam yang tinggi itu mestinya
kita jadikan sebagai tantangan nasional supaya kita lebih bekerja keras,
kreatif, dan inovatif untuk mampu menghasilkan dan menerapkan teknologi maju dalam
melakukan antisipasi dan mitigasi terhadap setiap bencana alam, seperti early
warning system, infrastruktur dan bangunan tahan gempa, BNPB dan Basarnas memiliki
peralatan yang handal dan metode yang baik dalam menentukan dan membuat jalur evakuasi yang cepat dan
mudah, sehingga kita bisa hidup harmonis
bergandengan dengan bencana alam.
Dan
tentu pula kita dalam mengalami musibah harus selalu berdoa kepada Sang Khalik
untuk memohon pertolongan-Nya. Umi Salamah meriwayatkan: Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada dari orang Islam ketika menimpa musibah
padanya, maka ia berdoa “nna lillahi wa inna ilayhi raji'un”. (yaitu)
orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh suatu kesusahan, mereka berkata:
Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami
kembali." [sebagian Al-Baqarah ayat 156], dan ucapkan "Allahummajurni fii
mushibati, wa akhlifli khaira minha” kecuali Allah mengganti baginya lebih baik
dari musibah”.[HR. Muslim).
KEDUA
bencana alam itu adalah akibat perusakan secara fisik (lahiriyah) yang
dilakukan oleh manusia terhadap ekosistem alam. Contohnya banjir bandang,
banjir dikawasan perkotaan, erosi, dan tanah longsor terutama disebabkan karena
penebangan liar (pembalakan liar/ilegal loging), dan mengkonversi hutan menjadi kawasan
pemukiman, pertanian, perindustrian, pertambangan dan infrastruktur secara
tidak ramah lingkungan dan berlebihan. Polusi dari industri, transportasi, pembakaran
hutan, sehingga terjadi kebocoran lapisan ozon, efek rumah kaca yang
menimbulkan global warming, tidak menentunya cuaca dan musim, el-nino, la-nina dsb. Akibatnya, saat musim penghujan terjadi banjir,
erosi, dan tanah longsor dimana-mana. Ketika kemarau kekurangan air, pembakaran
hutan, dan asap yang mengganggu kesehatan manusia, penerbangan serta aktivitas
ekonomi.
Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ar-Rum (30): 41, “Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia;
Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Dalam
QS.42.Asy-Syuuraa : 30, Allah SWT berfirman : "Dan apa saja musibah yang
menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,................"
KETIGA
bencana alam secara bertubi-tubi menimpa negeri ini boleh jadi merupakan
teguran keras (tadzkirah) dari Allah, karena kita terlalu banyak berbuat dosa,
kemaksiatan dan kemunkaran. Di dalam Al-Qur’an begitu banyak ayat yang
memberikan ibrah (pelajaran) kepada kita, bahwa di masa lalu Allah telah
membinasakan beberapa negara beserta penduduknya akibat kezaliman dan
kedurhakaan mereka kepada Allah.
Contohnya,
1.
Kaum Nabi Nuh (QS Al-Ankabut : 14).
2.
Kaum Nabi Hud (QS Attaubah: 70, Alqamar:
18, Fushshilat: 13, Annajm: 50,).
3.
Kaum Nabi Saleh (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).
4.
Kaum Nabi Luth (QS Alsyu'araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67,
Alfurqan: 38).
5.
Kaum Nabi Syuaib (QS AlHijr: 78, Alsyu'araa: 176, Shaad: 13,
Qaaf: 14).
6.
Firaun (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).
7.
Ashab Al-Sabt (QS Al-A'raaf: 163).
8.
Ashab Al-Rass (Qs Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).
9.
Ashab Al-Ukhdudd (QS Alburuuj: 4-9).
10.
Ashab Al-Qaryah (QS Yaasiin: 13).
11.
Kaum Tubba' (QS Addukhan: 37).
12.
Kaum Saba (QS Saba: 15-19).
Diriwayatkan
suatu ketika, pada zaman Umar bin Khattab, Ra menjadi Amirul Mukminin, terjadi
gempa besar di (provinsi Mesir) salah satu wilayah kekuasaannya yang sangat
luas. Bencana alam itu menelan banyak korban jiwa. Umar bin Khattab mendatangi
wilayah tersebut, bertemu dan mengumpulkan para penduduknya. Kalimat pertama
yang keluar dari bibir Sang Khalifah bukanlah ucapan bela sungkawa. Kata-kata
pertama yang keluar dari beliau bukan pula rasa empati. Pernyataan pertamanya
justru ajakan untuk instropeksi diri, terutama kepada para pemimpin (Gubernur
ketika itu, Amru bin Ash),
“Wahai
Amru dan semua rakyat Mesir, apa yang telah kalian perbuat ? Maksiat apa yang
telah kalian lakukan, hingga Allah menurunkan peringatan sedemikian rupa?
Hingga Allah menurunkan musibah begini dahsyatnya?” .
Pertanyaan
serupa, selayaknya kita tanyakan pada diri kita masing-masing, rakyat Indonesia
saat ini. Kita tanyakan kepada para pemimpin eksekutif, anggota legislatif, dan
lembaga yudikatif, pemimpin partai. Dosa, kedzaliman, kemunafikan dan kemaksiatan
apa yang sudah kita lakukan ?, sehingga Allah mendatangkan bencana alam yang
begitu dahsyat dan seakan tiada hentinya. Perlu kita tanyakan pula pada para
ulama/ustadz, pemimpin/pemuka agama, yang senang bermewah-mewahan bak selebritis, dan ilmuwan/ Cendekiawan/ akademisi, amanah apa yang tidak ditunaikan, sehingga Allah
memperingatkan penduduk Indonesia dengan bencana alam yang sangat masif.
Oleh
sebab itu, dalam menyikapi bencana alam, kita harus bermuhasabah
(introspeksi) melakukan taubatan nasuha atas segala kemaksiatan, kemunafikan,
dan dosa yang pernah kita lakukan;
Dari
Abu Hurairah Ra berkata; bersabda Rasulullah saw "Apabila kekuasaan
dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat
dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi
semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang
menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit-jerit) di
masjid, orang fasiq menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan
yang rendah akhlaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para
biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba
semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama
kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi'in dan para imam muktabar).
Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas,
gempa, longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang
lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua
tanda kiamat terjadi)" (H.R. Tirmidzi).
Dari
Abu Hurairah Ra. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jika amanat
disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya;
"Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau
menjawab,"Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya
(tidak memenuhi syarat)". (H.R. Bukhari).
Dan
ingatlah firman Allah : “ Jika kami menghendaki menghancurkan suatu negeri,
kami perintahkan orang-orang yang hidup
mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah), tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya
perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.”(Al-Isra 17;16).
Al
Quran – Al Hadist
Berita dan dokumentasi bencana alam dari TV, Media Cetak, Media Sosial, Internet dll.
Referensi dan literatur lainnya
Berita dan dokumentasi bencana alam dari TV, Media Cetak, Media Sosial, Internet dll.
Referensi dan literatur lainnya
Langganan:
Postingan (Atom)