Senin, 20 Februari 2017

SILATURRAHIM IBADAH YANG MEMBAWA BERKAH



Selain ibadah yang wajib, banyak lagi ibadah yang mendapat penilaian  baik dari Allah Swt, salah satunya dalam Islam menyuruh umatnya memperbanyak silaturahim dengan siapapun dan dimanapun. Sebab dalam kehidupan keseharian, setiap individu selaku mahluk sosial perlu bersosialisasi, berinteraksi, selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Silaturrahim merupakan ibadah yang sangat mulia, mudah dan membawa berkah, kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Karena silaturahim merupakan ibadah  yang paling indah berhubungan dengan sesama manusia, sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini. 

Allah Ta’ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahim dalam beberapa ayat di kitab-Nya yang mulia. Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, diantara firmanNya:
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS Muhammad :22-23).

Demikian banyak dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi (telpon, Media Sosial  seperti FB, twitter, BBM, WA, istagram dll) , seharusnya menambah semangat kaum muslimin bersilaturahim. Bukankah silaturahim merupakan satu kebutuhan yang dituntut manusia ? Karena dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial antar umat manusia. Silaturahim juga merupakan dalil dan tanda kedermawanan serta ketinggian akhlak seseorang.
Memutus tali silaturahim adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam agama Islam, Allah berfirman:
"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (Q.S An-Nisaa' : 1)

Menurut Rasulullah SAW, Allah SWT akan melapangkan rezeki orang yang suka menyambung tali silaturahim. Allah juga akan memanjangkan umur kepadanya. Dalam sabdanya :‏
“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (H.R Bukhari).

Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahim". (Muttafaqun 'alaihi)

Kini dapat kita mengerti, betapa pentingnya silaturahim dalam Islam. Maka melihat pentingnya silaturahim tersebut, berikut merupakan 10 manfaat Silaturahim menurut Abu Laits Samarqandi, yaitu:

Pertama mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Kedua membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah    SAW, yaitu : "Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia."

Ketiga menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahim.

Keempat disenangi oleh sesama manusia.

Kelima membuat iblis dan setan marah.

Keenam memanjangkan usia.

Ketujuh menambah banyak dan berkah rejeki.

Kedelapan membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.

Kesembilan memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.

Kesepuluh menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahim) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.

Demikianlah 10 manfaat dari suka bersilaturahim.

Wallahu 'alam bishawab.





SAKIT COBAAN ATAU PERINGATAN



Seorang muslim artinya orang yang telah berpasrah diri, dalam hal ini berpasrah kepada Allah Swt., tetapi dalam rangking manusia berkualitas, "seorang yang baru pada tingkat muslim berada pada tingkatan terendah". Karakteristik seorang muslim adalah seorang yang telah meyakini supremasi kebenaran, berusaha untuk mengikuti jalan kebenaran itu, tetapi dalam praktek ia belum tangguh karena ia belum penuh ketaqwaan, masih suka melupakan hal-hal yang diwajibkan dan melanggar hal-hal yang dilarang Allah Swt.

Sedangkan "seorang yang sudah mencapai kualitas  mukmin" adalah seorang muslim yang sudah istiqamah atau konsisten dalam berpegang kepada nilai-nilai kebenaran, sampai kepada hal-hal yang kecil.

Biasanya jika kita sedang terkena sakit, kita lalu pergi ke dokter/rumah sakit untuk berobat,  ini sudah benar karena kita memang harus pergi berobat kepada ahlinya.
Akan tetapi dibalik sakit yang kita derita hampir kita selalu menganggap bahwa sakit ini adalah cobaan dari Allah Swt.,  malah terkadang kita malah bersyukur karena kita menganggap bahwa dengan sakit ini dosa-dosa kita dapat terhapus, sebagaimana dalam hadits berikut :
“Seorang MUKMIN ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampaipun serasa duri yang menusuk (tubuhnya), kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya”.(HR. Bukhari).

Kalau kita hayati, sesungguhnya hadist ini diperuntukkan untuk orang-orang yang sudah mencapai tingkatan MUKMIN yang sedang diuji imannya oleh Allah Swt,  seperti halnya nabi Ayub,  nabi Yunus, para nabi lainnya,  para salafus shalih, serta para waliyullah.

Pertanyaan apakah kita ini sudah termasuk orang-orang yang benar-benar mukmin ?, merasa sudah mukmin, atau bahkan belum mukmin ?, Jika iman kita masih biasa-biasa saja bahkan belum mencapai takaran iman standar, kita seharusnya introspeksi diri, jangan-jangan sakit kita ini malah peringatan, atau bahkan mungkin laknat dan azab dari Allah Swt karena kelalaian kita yang lupa untuk apa kita diciptakan sebagi manusia, yang tak lain untuk beribadah kepada-Nya,  kita lupa akan kehidupan ukhrawi dan terlalu mementingkan kehidupan duniawi,  lupa akan tanggung jawab kita sebagai suami, sebagai isteri, sebagai anak, sebagai saudara,  sebagai atasan, sebagai bawahan, sebagai pengusaha, sebagai ulama,  sebagai guru, sebagai murid, sebagai tokoh masyarakat, atau sebagai anggota masyarakat lainnya. 

Mengapa sakit itu bisa terjadi kepada kita ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita ingat firman Allah Swt dalam surat Asy Syuura ayat 30 yang berbunyi :
“Wa maa ashaabakum mim mushiibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an kasyiir” Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)".

Maka selayaknya apabila anda tertimpa musibah sakit,  sebelum pergi kepada ahlinya dokter/rumah sakit,  beristighfarlah memohon ampunan dari-Nya :

Audzubillah himinas syaiton nirojim
Bismillahirohmanirohim

Astaghfirullah Rabbal Barroya
(Ampunilah Hamba Ya Allah Maha Penerima Taubat)

Astaghfirullah Minal khotoya.
(Ampunilah Hamba Ya Allah Daripada Segala Dosa)

Wa tub 'alayna taubatan nasuha
(Dan perkenankan taubatku dengan taubat nasuha)

Astaghfirullahaladzim Alladzi laa ilahaa ilaa huwal hayyul qoyuum wa atubu ilaih, Taubatan abdin zhalimin laa yamliku li nafsihi dharran wa laa naf’an wa laa mautan wa laa hayatan wa laa nusyuuro.
(Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Tuhan yang selalu terjaga. Aku bertaubat kepada-Nya selaku taubatnya seorang hamba yang banyak berdosa, yang tiada berdaya untuk tidak berbuat mudharat, yang tiada berdaya berbuat manfaat, yang tiada berdaya untuk mati, hidup atau bangkit kembali sesudah mati.

Aamin ya Allah ya Rabbal alamiin.

Walahu'alam bish shawab.