Seorang muslim artinya orang yang telah berpasrah diri,
dalam hal ini berpasrah kepada Allah Swt., tetapi dalam rangking manusia berkualitas, "seorang yang baru pada tingkat
muslim berada pada tingkatan terendah". Karakteristik seorang muslim adalah
seorang yang telah meyakini supremasi kebenaran, berusaha untuk mengikuti jalan
kebenaran itu, tetapi dalam praktek ia belum tangguh karena ia
belum penuh ketaqwaan, masih suka melupakan hal-hal yang diwajibkan dan
melanggar hal-hal yang dilarang Allah Swt.
Sedangkan "seorang yang sudah mencapai kualitas
mukmin" adalah seorang muslim yang sudah istiqamah atau konsisten dalam berpegang kepada nilai-nilai
kebenaran, sampai kepada hal-hal yang kecil.
Biasanya jika kita sedang
terkena sakit, kita lalu pergi ke dokter/rumah sakit untuk berobat, ini sudah benar karena kita memang harus
pergi berobat kepada ahlinya.
Akan tetapi dibalik sakit yang
kita derita hampir kita selalu menganggap
bahwa sakit ini adalah cobaan dari Allah Swt.,
malah terkadang kita malah bersyukur karena kita menganggap bahwa dengan
sakit ini dosa-dosa kita dapat terhapus, sebagaimana dalam hadits berikut :
“Seorang MUKMIN ditimpa rasa sakit, kelelahan
(kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampaipun serasa duri yang
menusuk (tubuhnya), kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya”.(HR.
Bukhari).
Kalau kita hayati, sesungguhnya hadist ini diperuntukkan untuk
orang-orang yang sudah mencapai tingkatan MUKMIN yang sedang diuji imannya oleh
Allah Swt, seperti halnya nabi
Ayub, nabi Yunus, para nabi
lainnya, para salafus shalih, serta para
waliyullah.
Pertanyaan apakah kita ini sudah
termasuk orang-orang yang benar-benar mukmin ?, merasa sudah mukmin, atau
bahkan belum mukmin ?, Jika iman kita
masih biasa-biasa saja bahkan belum mencapai takaran iman standar, kita
seharusnya introspeksi diri, jangan-jangan
sakit kita ini malah peringatan, atau bahkan mungkin laknat dan azab dari
Allah Swt karena kelalaian kita yang
lupa untuk apa kita diciptakan sebagi manusia, yang tak lain untuk beribadah
kepada-Nya, kita lupa akan kehidupan
ukhrawi dan terlalu mementingkan kehidupan duniawi, lupa akan tanggung jawab kita sebagai suami,
sebagai isteri, sebagai anak, sebagai saudara,
sebagai atasan, sebagai bawahan, sebagai pengusaha, sebagai ulama, sebagai guru, sebagai murid, sebagai tokoh
masyarakat, atau sebagai anggota masyarakat lainnya.
Mengapa sakit itu bisa terjadi kepada
kita ?
Untuk menjawab pertanyaan ini,
mari kita ingat firman Allah Swt dalam surat Asy Syuura ayat 30 yang berbunyi :
“Wa maa ashaabakum mim
mushiibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an kasyiir” Apa
saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)".
Maka selayaknya apabila anda
tertimpa musibah sakit, sebelum pergi
kepada ahlinya dokter/rumah sakit,
beristighfarlah memohon ampunan dari-Nya :
Audzubillah himinas syaiton
nirojim
Bismillahirohmanirohim
Astaghfirullah Rabbal Barroya
(Ampunilah Hamba Ya Allah Maha
Penerima Taubat)
Astaghfirullah Minal khotoya.
(Ampunilah Hamba Ya Allah
Daripada Segala Dosa)
Wa tub 'alayna taubatan nasuha
(Dan perkenankan taubatku dengan
taubat nasuha)
Astaghfirullahaladzim Alladzi
laa ilahaa ilaa huwal hayyul qoyuum wa atubu ilaih, Taubatan abdin zhalimin
laa yamliku li nafsihi dharran wa laa naf’an wa laa mautan wa laa hayatan wa
laa nusyuuro.
(Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Tuhan yang
selalu terjaga. Aku bertaubat kepada-Nya selaku taubatnya seorang hamba yang
banyak berdosa, yang tiada berdaya untuk tidak berbuat mudharat, yang tiada berdaya berbuat
manfaat, yang tiada berdaya untuk mati, hidup atau bangkit kembali sesudah
mati.
Aamin ya Allah ya Rabbal alamiin.
Walahu'alam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar