SIAPAKAH SATRIO PININGIT ?
Selama
ini kita hanya mengenal putri dari mantan Presiden RI ke 5 Megawati dengan suami
ketiganya Taufiq Kiemas, adalah Puan Maharani yang digadang-gadangkan menjadi
putri mahkota Ketua Umum PDIP.
Semasa
hidup Taufiq Kiemas, Puan Maharani mendapatkan perhatian ekstra dan porsi
politik cukup besar dari Taufiq, dan disebut-sebut dipersiapkan untuk
mendapatkan masa depan cerah bagi karier perpolitikan Puan. Taufiq bahkan
pernah mengajak langsung Puan berkunjung ke Istana Negara menemui Presiden SBY
Sesungguhnya
masih ada dua putra Megawati dari suami pertamanya Lettu Penerbang Surindro
Suprijarso, yang meninggal
karena kecelakaan ketika menerbangkan pesawat Skyvan T-701 di perairan Biak,
Irian Jaya, pada 22 Januari 1970, yaitu Mohammad Rizki Pratama dan Mohammad
Prananda Prabowo.
Mohammad Rizki Pratama (Tamtam)
dikenal sebagai pengusaha sukses. Rizki selama ini dikenal sebagai simbol
keluarga yang tidak terjun ke politik. Kemunculannya paling mencolok adalah
saat Taufiq Kiemas meninggal dunia. Rizki menyambut jenazah Taufiq di Bandara
Halim dan membacakan pidato keluarga di depan Presiden SBY pada saat pemakaman
di TMP Kalibata, Minggu 9 Juni 2013.
Sedangkan adiknya (putra
kedua Megawati) Mohammad Prananda Prabowo 43 tahun, lahir 23 April 1970,(tanggal dan bulannya sama dengan penulis), memutuskan terjun ke dunia politik,
mengabdi di PDI Perjuangan, ditempatkan sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisa Situasi (dalam artikel lain disebut sebagai Ketua Bidang Telaah Materi). Di
kalangan elite PDIP, Prananda dikenal sebagai 'man behind the door'. Beberapa pidato
politik Megawati dibuat oleh anak keduanya tersebut.
Sosok Nanan, sapaan
akrab Prananda, tiba-tiba muncul menjelang pelaksanaan kongres III PDIP di
Bali, tahun 2010 silam. Nama itu muncul karena para loyalis Megawati gerah
dengan adanya isu sejumlah elite PDIP ingin membawa partai yang selama ini
bersikap oposisi menjadi koalisi.
Nama Nanan muncul
karena keturunan Mega yang digadang-gadang akan menjadi penerus tahta di PDIP,
Puan Maharani, dianggap tidak lagi satu visi dengan Mega soal pilihan mempertahankan
sikap oposisi PDIP. Karena itulah Nanan yang selama ini sibuk dengan aktivitas
mendampingi ibunya dan bergelut dengan buku-buku Bung Karno lalu dianggap
sebagai solusi atas alternatif penerus Mega selain Puan.
Berbeda dengan Puan
Maharani, sepak terjang Prananda di dunia politik belum teruji dan terbukti. Namun, menjelang
kongres Partai PDI Perjuangan pada awal April di Bali, namanya mendadak
melesat.
Prananda tiba-tiba saja
beberapa waktu yang lalu diisukan menjadi salah satu calon kuat wakil ketua umum partai. Ini adalah posisi baru
di struktur partai yang akan dibentuk guna menampung proses regenerasi.
Prananda bakal bersaing dengan calon kuat lain yang sudah lebih dikenal publik, Puan Maharani, adiknya sendiri dari ayah yang lain.
Banyak orang
bertanya-tanya mengapa orang yang tidak begitu dikenal ini tiba-tiba saja
meloncat tinggi menjadi calon orang kedua, mengancam posisi Puan yang sudah
digadang-gadang selama ini.
Sejumlah kader partai
itu menuturkan bahwa mencuatnya nama Prananda disebabkan kian meruncingnya kubu
pro koalisi dan pro oposisi. Kubu pro koalisi menghendaki PDIP bergabung dengan
Demokrat di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kubu pro oposisi sebaliknya.
Mereka yang pro oposisi
menilai Puan sebagai sosok yang fleksibel tapi
pragmatis dan bersemangat untuk berkoalisi dengan pemerintahan SBY.
Kelompok pro oposisi menilai perlu ada penyeimbang untuk ini. Mesin penggerak
kelompok ini adalah Cepi Budi Muliawan, anggota Badan Pemenangan Pemilu Pusat
PDIP. Dan sosok si penyeimbang itu yang dinilai paling pas adalah Mohamad
Prananda.
Kejadian inilah yang
membuat Megawati memiliki kedekatan khusus dengan Prananda. Banyak orang di
PDIP yang memiliki cerita soal kedekatan Nanan dengan ibunya. Menurut anggota
DPR dari PDIP Eva Kusuma Sundari, Nanan adalah figur penting di balik layar
Megawati. Dia teman Mega bertukar gagasan.
Nanan kerap mendampingi
ke mana ibunya pergi. Ia sering menjadi sopir sang ibu. Nanan juga menemani
sang ibu saat memutuskan menyepi di Cipanas, Jawa Barat, ketika sedang
panas-panasnya tarik-ulur untuk berkoalisi atau beroposisi dengan SBY.
Di kalangan kader PDIP,
kendati dikenal sopan dan menghormati orang tua, Nanan memiliki watak mirip
ibunya soal memegang teguh ajaran Bung Karno. Karena itu, kubu pro oposisi
berpendapat bahwa pria berusia 43 tahun ini lebih sesuai untuk memimpin
PDIP. “Prananda adalah cucu Bung Karno
sejati,” ujar Cepi.
Saking kuatnya ideologi
Soekarno yang tertanam dibenaknya, sampai-sampai ia dijuluki ‘Kamus Berjalan
Bung Karno.’ Ia bahkan membangun satu situs khusus yang lengkap mengenai
ideologi dan berbagai pemikiran kakeknya tersebut. Situs tersebut berjudul
“Genta Suara Revolusi” yang beralamat di www.gentasuararevolusi.com.
Persoalannya, beda
dengan Puan, Prananda memang nyaris tidak pernah tampil ke muka publik.
Wartawan VIVAnews sudah berupaya keras mewawancarainya, namun cucu Soekarno ini
selalu menampik. Ia masih malu-malu tampil ke muka publik.
Megawati sendiri sudah
mengenalkan Prananda ke publik. “Prananda anak saya, Puan juga anak saya. Ada
banyak lagi anak-anak muda yang punya potensi,” ujar Mega seusai membuka
Konferensi Daerah PDIP DKI Jakarta di Ancol akhir Maret lalu. Namun, Mega
meyakini kedua anaknya kelak akan menjadi pemimpin partai.
Sejumlah kalangan di
PDIP Perjuangan menilai bahwa Prananda adalah pemimpin masa depan partai. Bagi
yang suka klenik, posisi anak kedua dalam trah Soekarno punya posisi unik.
Soekarno adalah anak kedua dari dua bersaudara. Megawati adalah putri kedua
dari lima bersaudara. Dan Prananda juga
anak kedua dari dua bersaudara. Akankah Prananda menjadi pewaris tahta generasi penerus
Soekarno ?
Fungsionaris PDIP, Eva
Kusuma Sundari beranggapan Puan dan Prananda tidak harus bersaing satu sama
lain. PDIP akan memberikan waktu kepada keduanya mengembangkan diri hingga 2015.
Bahkan, keduanya punya kesempatan membuktikan diri, sekaligus saling membantu
satu sama lain.
Politisi PDI
Perjuangan, Panda Nababan menilai, kedua anak Megawati ini pantas
menggantikan ketokohan orang tuanya di PDI Perjuangan. Mereka adalah Mohammad
Prananda Prabowo dan Puan Maharani.
"Saya rasa semua
anaknya cocok. Kalau untuk bidang politik, ada Nanan (Prananda) dan Puan.
Mereka memang dibesarkan di dunia politik," ujar Panda seusai menghadiri
pemakaman Taufiq Kiemas di TPU Kalibata, Minggu (9/6/2013)
Gubernur DKI Joko
Widodo Kepada wartawan di Gedung Balaikota, Jakarta, Rabu siang (19/6/2013),
orang nomor satu di Ibu Kota tersebut mengungkapkan pendapatnya atas sosok pria
yang akrab disapa Nanan itu. Menurut Jokowi Nanan memiliki potensi besar
sebagai regenerasi pimpinan PDI Perjuangan. “Bu Ketum bertanya kepada saya,
menurut saya dia punya potensi besar ," ujar Jokowi.
Sebagian besar rakyat
Indonesia (termasuk penulis) sudah sangat mendambakan datangnya “SATRIO
PININGIT” kami sudah tidak melihat satrio piningit itu datangnya dari mana, dari partai
apa, dari kelompok apa, yang penting bagi kami figur yang dapat mengangkat derajat bangsa
Indonesia dari keterpurukan, entah satrio piningit itu datangnya dari pedepokan
cikeas, dari padepokan ciganjur, dari padepokan sriwijaya ARB, dari padepokan
cendana, dari padepokan Bung Karno , bahkan yang datang dari kalangan rakyat
jelata sekalipun. Karena selama 68 tahun merdeka ini kami sudah bosan dengan
kemiskinan, kami sudah bosan dengan kebodohan, kami sudah muak dengan kebohongan, kami sudah muak dengan kemunafikan, kami
sudah muak dengan para koruptor, kami sudah muak dengan ketidakadilan, kami
sudah benci dengan tindakan kriminalitas, kami sudah benci dengan kerusuhan, kami sudah benci dengan premanisasi,
kami sudah benci dengan terorisme, kami sudah benci dengan pertikaian antar
agama, kami sudah benci dengan pertikaian internal agama.
(Dibawah ini gambar Bung Karno dan sang cucu Mohammad Prananda Prabowo)
(Dibawah ini gambar Bung Karno dan sang cucu Mohammad Prananda Prabowo)
Dirangkum dari :
http://nasional.kompas.com/read/2013/06/19/17485730/Mega.Tanyakan.Potensi.Prananda.Prabowo.ke.Jokowi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar